Artikel Pertanian

Selasa, 10 Oktober 2017

PEMUPUKAN TANAMAN JAGUNG SESUAI KEBUTUHAN

Indonesia telah mampu berswasembada jagung, namun sampai saat ini kebutuhan jagung masih terus meningkat baik untuk pangan maupun pakan. Kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan nasional. Peningkatan kebutuhan jagung terkait dengan makin berkembangnya usaha peternakan, terutama unggas.

Sumber gambar: Koleksi sendiri.
Oleh karena itu, Presiden RI mengajak para petani untuk berswasembada berkelanjutan. Kementerian Pertanian mempunyai Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Jagung mulai 2015 sampai 2017.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung dapat dilakukan dengan pemberian pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Untuk mengetahui kebutuhan tanaman akan pupuk, dapat dilihat dari gejala kekurangan unsur hara pada tanaman.
Pada tanaman jagung, gejala kekurangan unsur hara nitrogen (N) terlihat pada ujung daun berwarna kuning dan melebar menuju tulang daun, warna kuning pada daun membentuk huruf V, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Untuk gejala kekurangan hara fosfor (P), terlihat di pinggir daun berwarna ungu-kemerahan, mulai dari ujung hingga panggal daun, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Kemudian gejala kekurangan hara kalium (K), terlihat pada ujung daun berwarna kuning dan bagian pinggir berwarna coklat seperti terbakar, tulang daun tetap hijau, warna kuning pada daun berbentuk huruf V, gejala ini nampak pada daun bagian bawah. Sedangkan gejala kekurangan hara sulfur (S), terlihat pada pangkal daun berwarna kuning, gejala nampak pada daun yang letaknya dekat pucuk.
Apabila tanaman jagung telah diketahui gejala kekurangan hara (N, P, K, atau S) tersebut di atas, maka dapat diberi pupuk yang mengandung unsur hara yang kurang tersebut. Selanjutnya untuk mengetahui dosis pupuk N, P, dan K yang diberikan dapat diketahui dari hasil analisis tanah atau sesuai rekomendasi pemupukan setempat, agar bertanya kepada penyuluh pertanian Pembina. Jika analisis tanah belum dilakukan dan rekomendasi pemupukan setempat belum tersedia, maka dapat ditentukan dengan bantuan bagan warna daun (BWD). Penggunaan BWD bertujuan untuk mengamati keseimbangan hara terutama hara N pada tanaman.
Pemberian pupuk pada tanaman jagung mengikuti tahapan sebagai berikut: 
(1) Pada saat tanaman jagung berumur + 7-10 HST (hari setelah tanam), tanaman dipupuk N berupa urea sebanyak 75 – 87,5 kg/ha dan ZA sebanyak 50 kg/ha, diberikan bersamaan dengan pupuk SP36 sebanyak 25 – 50 kg/ha dan KCL sebanyak 37,5 – 150 kg/ha;
 2) Pada saat tanaman jagung berumur + 28 -30 HST, tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 150 – 175 kg/ha dan KCL sebanyak 12,5 –50 kg/ha; (3) Pada saat tanaman jagung berumur + 40 - 45 HST, dilakukan pengamatan kecukupan hara N pada tanaman melalui daun dengan menggunakan BWD, caranya sebagai berikut:
1. Setiap + 1 ha pertanaman jagung dipilih 20 tanaman untuk diamati daunnya yang telah terbuka sempurna, yaitu daun ke-3 dari atas;
2. Pada saat mengamati, lindungi daun yang diamati dari sinar matahari agar tidak terganggu oleh pantulan cahaya yang dapat mengurangi kecermatan hasil pengamatan;
3. Daun yang akan diamati diletakan di atas BWD. Bagian daun yang diamati adalah sekitar sepertiga dari ujung daun;
4. Bandingkan warna daun dengan skala warna yang ada di BWD;
5. Kemudian dicatat skala warna yang paling sesuai dengan warna daun yang diamati. BWD memiliki skala warna dengan tingkat kehijauan 2 – 5;
6. Jika warna daun cocok diantara skala 2 dan 3 pada BWD, berarti nilai hijauan daun adalah 2,5. Apabila warna daun berada diantara skala 3 dan 4, berarti nilai hijauan daun adalah 3,5. Kemudian warna daun berada diantara skala warna 4 dan 5, berarti nilai hijauan daun adalah 4,5. Nilai hijauan daun yang diperoleh dari 20 daun jagung yang diamati, dirata-rata untuk menentukan perlu atau tidak penambahan pupuk N (nitrogen) sebagai berikut: (a) Jika hasil rata-ratanya diperoleh < 4 (kurang dari empat), maka tanaman jagung hibrida pada umur 40 – 45 HST perlu ditambah pupuk urea sebanyak 150 kg per hektar; (b) Jika hasil rata-ratanya diperoleh 4 – 5, maka tanaman jagung hibrida pada umur 40 – 45 HST perlu ditambah pupuk urea sebanyak 100 kg per hektar; Jika hasil rata-ratanya diperoleh > 5, maka tanaman jagung hibrida pada umur 40 – 45 HST perlu ditambah pupuk urea sebanyak 50 kg per hektar.
Selain pupuk tersebut di atas, jika pupuk organik (pupuk kandang) direkomendasikan penggunaannya di daerah setempat, pemberiannya dilakukan pada saat tanam sebagai penutup benih pada lubang tanam. Ukuran pupuk kandang antara 25 - 50 gram untuk setiap lubang tanaman jagung atau setara dengan 1,5 – 3 ton per hektar. Bertanam jagung pada lahan masam diperlukan pupuk kandang berupa kotoran ayam ras atau ayam petelor yang biasanya mengandung kapur yang cukup memadahi (Susilo Astuti H., Pusluhtan),


Sumber informasi:
1. Purnomo, Heni Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2008. Panduan Umum Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung.
3. Zubachtirodin, dkk. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Tidak ada komentar:
Write komentar