Artikel Pertanian

Selasa, 18 Oktober 2016

Pengelolaan Air Sawah Bukaan Baru

Secara fisik di lapangan lahan sawah didefinisikan sebagai lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), ditanami padi, baik terletak pada dataran maupun di lereng perbukitan.
Berdasarkan ketersediaan air, lahan sawah dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu: (1) lahan sawah berpengairan teknis, (2) sawah berpengairan setengah teknis, (3) lahan sawah berpengairan sederhana, (4) lahan sawah berpengairan desa, dan (5) lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah berpengairan desa, tadah hujan, pasang surut, lahan sawah lebak, dan polder merupakan lahan sawah alami, yang terbentuk karena karakteristik fluktuasi dan ketersediaan muka air yang menggenangi sepanjang tahun atau intermittent.
Lahan sawah bukaan baru adalah lahan sawah yang dicetak pada lahan kering untuk selanjutnya digenangi air dengan penataan air secara teknis. Permasalahan utama dalam penataan air lahan sawah bukaan baru adalah laju kehilangan air masih sangat besar akibat lapisan tapak bajak belum terbentuk. Pada tahap selanjutnya kehilangan air yang besar tersebut jika tidak dapat diatasi dapat mengakibatkan jeda kekeringan di tengah tengah fase pertumbuhan dan berpengaruh terhadap tingkat hasil panen , baik pada lahan sawah tadah hujan maupun lahan sawah beririgasi. Akibat lain dari cepatnya kehilangan air pada lahan sawah bukaan baru , yaitu efesiensi pemupukan juga menjadi rendah akibat pencucian ((leaching) hara makro N, K, Ca dan Mg.
Keberhasilan menahan air selama mungkin dalam petakan sawah adalah salah satu kunci keberhasilan sistem budi daya padi pada lahan sawah. Oleh karena itu diperlukan pengembangan teknologi pengelolaan air bagi keberhasilan usaha tani pada lahan sawah bukaan baru.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pembukaan lahan sawah baru, dalam rangka efesiensi penggunaan air :
1. Pencetakan sawah hendaknya dilakukan pada tanah-tanah dengan kandungan liat tinggi, seperti pada tanah-tanah Latosol, Ultisol, atau pada tanah-tanah Alluvial, sehingga sejak awal pencetakan kehilangan air melalui perkolasi dan aliran lateral dapat diminimumkan. Demikian pula waktu yang dibutuhkan untuk membentuk lapisan kedap air (hardpan) menjadi lebih pendek.
2. Membuat galengan kedap air menggunakan tanah dari lapisan subsoil (umumnya mengandung liat tinggi) secara cermat, bila diperlukan bisa dilapisi dengan plastik, hingga lapisan bajak terbentuk.
3. Proses pembajakan disarankan menggunakan alat mekanik seperti hand traktor guna mempercepat proses pelumpuran sekaligus memberikan efek tekan untuk pemadatan lapisan kedap.
4. Menambahkan bahan organik atau kapur pertanian untuk mempercepat proses agregasi pada saat periode pengeringan sekaligus menekan Fe2+ yang bersifat meracun bagi tanaman (Sukristiyonubowo et al., 1993).
5. Pintu outlet selama periode pelumpuran ditiadakan. Dengan kata lain setiap petakan diperlakukan sebagai satu sistem.
6. Membangun petakan sawah sesuai dengan jumlah curah hujan maupun ketersediaan air irigasi.
Pengelolaan air pada sawah bukaan baru, terbentuknya lapisan kedap memang dikehendaki agar efisien dalam penggunaan air . Manfaat lapisan padat tersebut antara lain; dapat mengurangi laju air perkolasi, memudahkan pengolahan tanah sawah, meningkatkan hasil padi dan efisiensi dalam penggunaan air ( Ghildyal, 1978).
Sawah bukaan baru dapat berkembang menjadi: (1) lahan sawah irigasi apabila debit air irigasi masih cukup untuk pengairannya, atau bila mungkin dibangun bendungan baru dan (2) lahan tadah hujan manakala ketersediaan air untuk tanaman semata-mata dari curah hujan.
Keberlanjutan produktivitas lahan sawah bukaan baru dipengaruhi oleh pengelolaan air untuk memenuhi kebutuhannya yang didasarkan pada sumber air pengairan, jenis tanaman, dan sifat tanah serta ekosistem lahan sawah, yaitu ekosistem lahan sawah irigasi dan ekosistem lahan sawah tadah hujan. Dengan pengelolaan air ini diharapkan kebutuhan air tanaman selalu tersedia dalam zona perakaran selama periode pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Ruslia Atamaja
Sumber : Badan Litbang Pertanian-Puslittanah

Tidak ada komentar:
Write komentar